Oleh: Dr Agus Hermanto MHI, pengurus MUI Provinsi Lampung
(الخطبة الأولى)
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ! أُوْصِى نَفْسِى وَأَنْتُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّققُوْنَ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ مْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْللِمُوْنَ.صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ.
Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah!
Hari Jumat merupakan hari yang mulia dan penuh keberkahan, sehingga pada hari ini kita diperintahkan untuk senantiasa menjalankan kewajiban kita, yaitu menunaikan ibadah shalat Jumat di siang hari ini, yang merupakan penganti dari shalat duhur kita di hari-hari biasa pada umumnya.
Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi kita semua, semoga kita selalu istiqamah dam beribadah dan menjadikan beliau sebagai panutan, hingga kelak kita di hari akhir diakui sebagai umatnya dan mendapatkan syafaat dan pertolongannya, amin ya rabbal alamin.
Jama’atal mushalliin rahimakumullah!
Akhir-akhir ini, kerap kita saksikan bentuk-bentuk kerusakan alam, seprti terjadinya tsunami, banjir, rob, gempa bumi, dan banyak lagi fenomena-fenomenna lam lainnya yang nyata di lingkungan kita, fenomena lain kita saksikan banyaknya sampah berserakan, asap kendaraan yang meyebakan polusi, rumah dan bangun berkaca yang menyebabkan panasnya bumi, hingga penebangan hutan dan pephonan liar yang menyebabkan lonsor dan banjir bandang, dan bahkan pengeboman liar pula yang menyebabkan ekosistem di laut menjadi rusak dan bahkan punahnya beberapa kehidupan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Alquran tentang bentuk-bentuk kebesaran Allah dan dapat kerusakannya yang Allah tunjukkan agar manusia senantiasa bersykur dan kembali kepada jalan-Nya.
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Majelis Ulama Indonesia (MUI), mempunyai concern tinggi terhadap pelestarian lingkungan, melalui Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH SDA MUI).
Program advokasi dan pelestarian lingkungan menjadi fokus dari lembaga ini. Fatwa-fatwa MUI juga telah dikeluarkan secara khusus tengan pelestarian lingkungan.
Di antaranya Fatwa No 04 Tahun 2014 tentang Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem, Fatwa No 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah untuk Mencegah Kerusakan Lingkungan, Fatwa No 22 tahun 2011 tentang Pertambangan Ramah Lingkungan, dan Fatwa No 1 Munas 2015 tentang Pendayagunaan Ziswaf untuk Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Masyarakat.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Alah SWT, adalah Sang Khaliq yaitu Sang Pencipta yang menciptakan manusia sebagai khalifah sebagai pemimpin di bumi, dan Allah menjadikan alam bumi ini seisinya sebagai kenikmatan bagi manusia, artinya bahwa ansuia harus peduli kepada lingkungan yang telah diciptakan oleh Allah SWT.
Ketika Allah SWT bermusyawarah kepada para Malaikat, “saya akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi” maka malaikat berkata: “mengapa engkau Ya Allah hendak menciptakan manusia di muka bumi yang hendak merusak bumi itu sendiri, kami senantiasa memujimu dan mensucikanmu” maka Allah berfirman, “Inni a’lamu maa laa ta’lamun” bahwa Allah SWT menciptakan manusia dan makluk yang ada di bumi tidak ada sia-sianya bahkan nyamuk sekecil itu dan bahkan lebih kecil darinya pasti ada manfaatnya.
Sidang shalat Jumat yang berbahagia!
Ada dua hal yang patut untuk kita pahami dalam konsep etika lingkungan; Pertama, Allah SWT adalah rabbul ‘alamin. Alllah SWT telah menciptakan alam semesta ini dan Allah juga sebagai penguasanya, sehingga Allah tidak membeda-bedanya antara sesama makhluknya termasuk antara manusia dan alam semesta, karena Allah memiliki rahman (yaitu Mahapengasih).
Kedua, manusia adalah rahmatan lil ‘alamin. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi ini, yag mana manusia diciptakan sebagai rahmatan lil ‘alamin, artinya bahwa manusia harus tetep menjaga hubungan kepada Allah dalam bentuk ibadah, hubungan kepada sesama manusia sebagai bentuk muamalah, selain itu juga harus menjalin hubungan kepada sesama makhluk dan lingkungan. Rahmah artinya bahwa mansuia haruslah memiliki kepedulian kepada lingkungan, ramah lingkungan dan bertanggungjawab atas kenyamanan lingkungannya.
Makanan adalah sumber kehidupan, Allah SWT memberikan kenikmatan kepada manusia di bumi ini juga sekaligus sebagai ujian bagi manusia itu sendiri. Allah berfirman dalam Alquran “makanlah dan minumlah akan tetapi jangan berlebihan, karena sesunggunya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.
Ada dua cara manusia menciptakan kenikmatan kepada mansuia, Pertama, Allah menciptakan makanan secara langsung kepada manusia dengan secara langsung dapat dinikmati, Kedua, Allah menciptakan kenikmatan kepada mansuia dengan cara harus di olah terlebih dahulu.
Adapun makan yang langsung dapat dimakan adalah seperti buah-buahan, walaupun harus ditanam, namun setelah berbuah langsung dapat dinikmati, sedangkan Allah menjadikan kenikmatan yang harus diolah inilah yang kemudian manusia harus arif dan ramah terhadap lingkungan, baik berupa bahan yang dikunakan, maupun sampah limbah dari produksi yang telah digunakan.
Banyaknya penduduk akan menyebabkan semakin sempitnya tempat dan akan semakin banyaknya kebutuhan, sehinga manusia seringkali membuat kerusakan hal itu karena kesewenang-wenangan.
Bertambahnya penduduk asemakinbertambahnya sumber air, udara bersih, hal itu bisa jadi karena keserakahan umat manusia yang hidup tidak kontrol, sehigga ia hanya memikirkan kehidupannya dan kekayaannya tanpa memikirkan regenerasinya.
Manusia dan alam adalah saling berintegrasi, artinya bahwa mansuia tidak bisa hidup tanpa alam dan alam tidak akan hidup tanpa manusia. Manusia hidup membutuhkan alam dan sumberdaya alam seperti air, udara dan daratan, begitu juga manusia akan senantiasa dibutuhkan oleh alam dan sumber alam, karena memeng Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah untuk menjaga, merawat dan melindungi alam semesta.
Ketika manusia ceroboh dan serakah terhadap lingkungan, maka sesungguhnya kan membawa kepada kemudharatan pada mansuia sendiri. Contohnya, ketika mansuia sembarangan memotong hutang sembarangan atau memotong pohon sembarangan. Artinya Allah menjadikan hutang sebagai paru-paru dunia, jika kita ceroboh dengan memotong pohon yang ada di dalamnya, maka keseimbangan itu akan berubah, dan dari perubahan tersebut akan memberikan dampak negatif pada manusia.
Sesungguhnya hutan telah diciptakan dengan segala keseimbangan (kullu yajri ‘ala saqilatiha) segala sesuatu diciptakan akan berjalan sesuai dengan keseimbangannya. Ketika hutang sudah diciptakan dengan segala keseimbangan, lantas mansuia tasharruf atau berlebihan dalam memanfaatkan dengan penuh ambisi serakah dan berlebihan, maka akan merusak pada keseimbangan tersebut.
Akhirnya hutang akan membuat keseimbangan baru, dan keseimbangan baru itu terjadi dengan cara longsor, banjir dan seterusnya, padahal keseimbangan itu akan merusak pada manusia, ketika longsor akan mengancam jiwa, ketika banjir juga akan mengancam jiwa. Padahal ketika hutan digundul, ia menangis, binatang yang dengan segala ekosistemnya akan berubah, mungkin akan pergi ataukah kemungkinan akan musnah, kemudian hutan menjadi gersang, gundul dan tidak memiliki keseimbangan, padahal disana terdapat ekosistem kehidupan yang tidak harus diusik, akan makhluk Allah SWT yang terganggu dan terabaikan, sehingga peran manusia sebagai khalifah menjadi kezaliman yang dilakukannya.
Rumah adalah kebutuhan primer bagi setiap insan, lebih-lebih bagi orang yang sudah berumah tangga, karena rumah merupakan tempat tinggal, beristirahat, berlindung dan berkumpul bersama dengan keluarga sehingga hal pentig yang harus kita jaga adalah, bagaimana caranya kita dapat menjadikan rumah sebagai (baitii jannatii) rumahku adalah surgaku, artinya kita nyaman ketika berada dirumah, kita merasa tenang ketika berdiam di rumah dan seterusnya. Lantar pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa menjadikan rumah kita sebagai tempat yang nyaman dan tentram bagi kita dan keluarga kita.
Ekologi adalah lingkungan, khususnya rumah kita agar nyaman adalah memperhatikan sirkulasi udara yang seimbang, sehingga udara yang ada di ruangan rumah kita menjadi steril, segar dan tentunya menyehatkan. Fentilasi udara yang ada di sekeliling rumah kita adalah alat untuk untuk mengatur serapan udara yang keluar masuk, jika fentilasi udara di sekeliling rumah terpenuhi, maka udara rumah akan steril dan sehat.
Memanfaatkan fentilasi udara dengan benar sesungguhnya bagisn dari menjaga jiwa seseorang, artinya jika seseorang dapat menyerap udara dengan steril maka ia akan sehat dan jika penghuni rumah tersebut sehat, ia akan bertahan untuk dapat beraktifitas sebagaimana layaknya. Maka dari pada itu, jika kita memperhatikan fentilasi udara yang ada di rumah kita, berarti kita sedang menjaga seluruh jiwa keluarga kita.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia!
Untuk itu, mari kita senantiasa menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar kita, agar kita senantiasa menjadi hamba yang mulia dan termuliakan pula oleh kebaikan dan kearifan serta kemaslahatan yang kita lakukan, dana begitulah rasulullah SAW bersabda agar kita senantiasa menjadi orang yang bermaslahat:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain” (HR al-Thabrani).
Semoga kita senantiasa terjaga dari sifat-sifat buruk dan keserakahan, sehingga kita terjerumus pada suatu sikap yang dapat mendhalimi diri kita maupun orang lain.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
(الخطبة الثانية)
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ,
فَيَا عِبَادَ اللهِ! أُوْصِى نَفْسِى وَأَنْتُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ ، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا ، تَنْبِيْهًا لَنَا وَتَعْلِيْمًا ، وَتَشْرِيْفًا لِنَبِيِّهِ وَتَعْلِييْمًا “إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَااَّلذِيْنَ آممَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وعلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُمُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأممْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيْ الحَاجَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِححْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ ,
اللّهُمَّ لا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لايَخَافُكَ وَلا يَرْحَمُنَا , اللّهُمَّ انْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ الَّذِييْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ زَمَانٍ وَمَكَانٍ, اللّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ دِيْنَكَ ,
اللّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْننِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ,
اللّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هَذَا الشَّهْرِ المُبَارَكِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْنَ وَ لاَ تَجْعَلْنَا االلّهُمَّ مِنَ الأَشْقِيَاءِ المَرْدُوْدِيْنَ,
اللَّهُمَّ إِنِّا نعُوذُبِكَ مِنْ البَرَصِ، وَالجُنُونِ، وَالجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّءِ الأَسْقَامِ تَحَصَّنَاا بِذِى الْعزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعَتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلَى الْحَيِّ الَّذِى لاَ يَمُوْتُ
اللّهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذا الْوَبَاءَ وَقِنَا شَرَّ الرَّدَى وَنَجِّنَا مِنَ الطَّعْنِ والطَّاعُوْنِ وَاللْبَلاَءِ بِلُطْفِكَ يَا لَطِيفُ يَا خَبِيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ رَبَّنَا لاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّاب رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَاِيْتَآءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَححْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُررُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكَمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.