JAKARTA— Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) KH Arif Fahruddin mendorong agar para relawan organik Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) MUI memiliki nafas religius dalam menangani korban bencana.
Kiai Arif menjelaskan, hal ini sangat penting agar sejalan dengan koridor MUI yang harus memiliki aspek keislaman dan bimbingan dari para ulama.
“Jadi bagaimana Islam bicara kebencanaan mulai dari preventif, kuratif, rekonstruktif, rehabilitatif, dari hulu sampai hilir,” ujar kiai Arif kepada MUIDigital di sela-sela Pelatihan Menengah Kebencanaan LPB MUI, di Aula Buya Hamka, Kantor MUI Jakarta Pusat, Ahad (3/9/2023).
Hal ini juga, kata kiai Arif, yang membedakan antara manajemen kebencanaan berbasis keislaman dengan yang umum.
Meski begitu, Kiai Arif menekankan agar para relawan MUI ini juga memiliki skil yang mumpuni untuk mengatasi kebencanaan.
“Ketika relawan menolong itu selain skil kebencanaannya, tapi relawan organik MUI bisa berdakwah. Disitu bahwa yang terjadi di muka bumi ini itu semua berada di takdir Allah SWT,” ujarnya.
Oleh karena itu, para relawan MUI nantinya bisa mengarahkan para korban agar bisa menyikapi takdir tersebut dengan baik.
“Karena mungkin manusia itu menjadi susah, sedih, karena ada bencana. Itulah fungsi dakwah, perspektif ulama dan keagamaan yang harus diformulasikan,” paparnya.
Sementara itu, Guru Besar Fukultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Andi Faisal Bakti menyambut baik rencana ini.
Menurutnya, nilai-nilai religi memang penting dimiliki oleh para relawan untuk bisa disampaikan kepada masyarakat yang menjadi korban bencana.
“Sehingga bisa tenang, karena aspek spiritual, moral dan korohanian bisa lebih mudah menyentuh hati apabila kita menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan agama,” tutupnya. (Sadam, ed: Nashih)