JAKARTA – Guru Besar Hukum Islam bidang Fikih Siyasah (Fikih Politik Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Masykuri Abdillah menyebut ekstremisme menjadi salah satu pemicu lahirnya tindak kekerasan.
“Pemahaman tentang ekstremisme ini luas, bisa dalam bidang agama, ekonomi, bahkan juga politik,” ungkapnya di Hotel Grand Sahid Jakarta, Selasa (30/8/2023) lalu.
Dalam seminar nasional yang diselenggarakan Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama (KAUB) tersebut, Prof Masykuri menyoroti perilaku ekstremisme dalam agama.
Menurut dia, perilaku tersebut lahir dari cara memahami Alquran secara teksual serta tidak melihat asal-usul turunnya ayat tersebut.
“Saya kira, bangsa Indonesia sudah cukup toleran khususnya dalam konteks kerukunan umat beragama. Ini bisa dilihat dari kebijakan libur di hari besar 6 agama yang diakui Pemerintah,” kata dia.
Lebih lanjut, dalam seminar tersebut hadir pula KH Yusnar Yusuf Rangkuti Ketua MUI Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama, KH Yusnar Yusuf Rangkuti. Kiai Yusnar menyoroti konflik di Indonesia masih harus dibenahi secara menyeluruh.
“Kekerasan dan konflik antarumat beragama perlu diselesaikan secara keseluruhan. Kita tidak bisa hanya memperbaiki batang tubuh atau buahnya saja, tapi harus juga menyasar pada akarnya,” tegas Kiai Yusnar.
Menurut dia, kasus perdagangan orang yang masih kerap terjadi disebabkan kurangnya tegasnya penegakan hukum. Meskipun telah dilarang, beberapa oknum masih melakukan aksi tersebut sebab keuntungan yang diterimanya.
Hal inilah yang menjadi sorotan utama bagi Kiai Yusnar. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan toleransi yang mulai dari ormas-ormas atau majelis-majelis agama yang dimiliki.
“Kita perlu membangun kearifan lokal yang telah diajarkan turun temurun oleh para pendiri bangsa. Tidak lupa sebagai seorang Muslim, nilai-nilai Islam menjadi petunjuk utama sebagai solusi penghapusan kekerasan dan konflik,” tutupnya. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)