JAKARTA – Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) setiap tahunnya erat kaitannya dengan nasionalisme. Berkenaan dengan ini, ulama tafsir kenamaan Indonesia, Prof Quraish Shihab menjelaskan konsep nasionalisme dalam Tafsir Al-Misbah.
Secara gamblang, kata nasionalisme atau cinta tanah air memang tidak terdapat dalam Alquran. Akan tetapi terdapat beberapa ayat yang menyiratkan tentang hal tersebut.
Dalam magnum opusnya Tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab menyinggung perihal kebangsaan sedikitnya dalam empat gagasan pokok. Berikut penjelasannya:
Pertama, mencintai negara. Dalam upaya merawat dan menciptakan rasa nasionalisme salah satunya dengan mencintai negara yang menjadi tempat berasal. Perasaan tersebut juga tidak akan hadir tanpa adanya sikap patriotisme dan cinta tanah air.
Seseorang yang memiliki kecintaan terhadap tanah kelahirannya akan berbangga dan berupaya melindunginya. Ia akan berusaha menjaga kedaulatan, kehormatan, dan segala yang dimiliki oleh negaranya tersebut.
Perasaan mencintai tanah air, tercermin dalam sikap Nabi Ibrahim yang diabadikan Alquran. Firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 35 berikut:
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari penyembahan terhadap berhala-berhala.”
Doa Nabi Ibrahim di atas mengisyaratkan adanya kecintaan beliau terhadap tanah airnya. Ayat tersebut bukan sekadar mengisahkan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, akan tetapi memberikan pula kesan bahwa setiap manusia harus mencintai negaranya agar keamanan dan kesejahteraan masyarakat di dalamnya terjamin.
Kedua, kesadaran adanya pemimpin yang berkuasa. Salah satu unsur yang harus ada dalam suatu negara adalah pemimpin yang berkuasa di dalamnya. Mereka bertugas untuk menjaga keberlangsungan negara, melindungi, dan menjamin keselamatan warga negara.
Dalam Alquran ayat yang menyinggung tentang kewajiban warga negara taat dan patuh terhadap pemimpin mereka salah satunya dalam surat an-Nisa ayat 59. Berikut firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).”
Prof Quraish memaknai kata ulil amri pada ayat tersebut sebagai orang yang mewakili berbagai kelompok masyarakat yang berwenang mengangkat pemimpin negara. Mereka juga berwenang untuk membuat undang-undang, hukum, dan juga memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Ketiga, persatuan bangsa. Gagasan tentang persatuan bangsa yang disinggung Prof Quraish dalam Tafsir al-Misbah salah satunya pada surat al-Anbiya ayat 92. Allah SWT berfirman:
اِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةًۖ وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ
Artinya: “Sesungguhnya ini (agama tauhid) adalah agamamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu. Maka, sembahlah Aku.”
Sebagaimana pendapat yang dikutip dari Al-Raghib Al-Isfahani oleh Prof Quraish kata ummah seperti pada ayat di atas diartikan kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, baik adanya persamaan agama, tempat, waktu, dan yang lainnya. Asas tersebutlah yang menjadi salah satu pondasi yang dijadikan Rasulullah SAW dalam membangun negara Madinah.
Keempat, berkomitmen menjaga keamanan negara. Berkenaan dengan komitmen menjaga keamanan negara, ayat Alquran yang menyinggung perihal ini salah satunya dalam surat Ali Imran ayat 200. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Menurut Prof Quraish Shihab, kesabaran harus dimiliki oleh setiap muslim dalam kondisi apapun. Hal tersebut terhitung dalam ibadah, berpendapat, bermasyarakat, atau manakala ditimpa musibah.
Kata waraabithuu diartikan sebagai kesabaran yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat dalam hal pembelaan negaranya. Selain kesabaran, kewaspadaan juga menjadi modal penting untuk menjaga keamanan negara. Demikian konsep nasionalisme dalam Tafsir Al-Misbah. Semoga bermanfaat, Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih).