Pada malam Nisfu Syaban, kita dianjurkan untuk memperbanyak doa. Dalam tradisi Nusantara, biasanya doa yang dibaca adalah doa “Allāhumma yā dzal manni wa lā yumannu ‘alaika”. Ternyata doa ini sesuai keterangan as-Suyuthi, termaktub dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah dan karya “ad-Dua” karangan Ibnu Abi ad-Dunya dari Sahabat Ibnu Mas’ud ra.
Menurut Ibnu Mas’ud, orang yang membaca doa ini akan senantiasa Allah luaskan rezekinya dan Allah penuhi segala kebutuhannya. (Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur, juz 4, hal. 661)
Namun, dalam tradisi masyarakat Indonesia redaksi doanya sedikit berbeda dengan yang tertulis di kitab as-Suyuthi. Akan tetapi ini tidak masalah, karena sejatinya doa itu tidak terbatas. Biasanya orang Indonesia merujuk pada kitab Maslakul Akhyar karya Mufti Betawi, Syekh Sayyid Utsman bin Yahya sebagai berikut:
اللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ. اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ أَشْقِيَاءَ أَوْ مَحْرُوْمِيْنَ أَوْ مُقَتَّرِيْنَ عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِيْ وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سُعَدَاءَ مَرْزُوْقِيْنَ مُوَفَّقِيْنَ لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ
Allāhumma yā dzal manni wa lā yumannu ‘alaika yā dzal jalāli wal ikrām, yā dzat thauli wal in‘ām, lā ilāha illā anta zhahral lājīna wa jāral mustajīrīna, wa ma’manal khā’ifīn. Allāhumma in kunta katabtanī ‘indaka fī ummil kitābi asyqiyā’a au mahrūmīna au muqattarīna ‘alayya fir rizqi, famhullāhumma fī ummil kitābi syaqāwatī, wa hirmānī waqtitāra rizqī, waktubnī ‘indaka su‘adā’a marzūqīna muwaffaqīna lil khairāt. Fa innaka qulta wa qaulukal haqq fī kitābikal munzali ‘ala lisāni nabiyyikal mursali “Yamhullāhu mā yasyā’u wa yutsbitu wa ‘indahū ummul kitāb.” Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ālihī wa shahbihī wa sallama, walhamdulillāḥi rabbil ‘ālamīn.
Artinya: “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemilik kekayaan dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad, keluarga, beserta sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
(Sayyid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, hal. 77-80)
Doa ini biasanya menjadi selingan setelah membaca surat Yasin. Di malam Nisfu Syaban, surat Yasin biasanya dibaca sebanyak tiga kali dengan niat yang berbeda. Yasin pertama dibaca dengan niat agar dipanjangkan umur dalam taat. Yasin kedua dengan niat agar dikaruniai rezeki yang halal dan berkah. Yasin ketiga dengan niat agar dianugerahi kematian husnul khatimah dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi, setiap selesai membaca satu kali surat Yasin, doa ini dibaca. Selain membaca surat Yasin dan memperbanyak doa, di malam nisfu Sya’ban ini kita juga dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, shalawat, dan sedekah.
(Shafira Amalia/Angga)