JAKARTA—Pergantian tahun adalah momentum perayaan. Bagi kita, perayaan tahun baru menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari aktivitas tahunan masyarakat. Tiap dari kita memiliki caranya tersendiri dalam mengekspresikan. Gegap gempita kegembiraan secara identik mengarak masyarakat dalam suasana perayaan.
Merayakan pergantian tahun menjadi hal yang wajar. Perayaan 2023 kemarin kita disuguhkan dengan beragam kegiatan, seperti istighasah, muhasabah, bakar-bakar, kumpul keluarga, hingga petasan yang saling bersahutan. Dari sini kita lihat bagaimana momentum pergantian tahun memiliki makna tesendiri di hati banyak orang Islam.
Terkadang, ritus tahunan seperti ini membawa kita pada euforia perayaan yang berlebihan. Pergantian tahun pun menjadi kehilangan maknanya, gersang nilai, dan jauh dari kebaikan. Alhasil, fenomena seperti perayaan magis tahun baru ini tidak lagi beririsan dengan semangat integral membangun peradaban, kemanusiaan, dan keislaman.
Pada faktanya, sederet kasus yang ironi secara silmultan menghias tahun baru. Berupa tawuran yang menjatuhkan banyak korban, seksualitas dalam fakta pembelian alat kontrasepsi yang meningkat, hingga masalah pencemaran ekologis yang menghasilkan jutaan sampah dalam satu malam. Euforia perayaan seperti ini mengajak kita pada renungan bahwa perayaan tahun baru dewasi ini terjebak di antara selebrasi dan resolusi.
Selebrasi adalah cara kita mengekspresikan perayaan. Merayakan tahun baru masehi tentu menjadi perbincangan eksidensial di antara umat Islam. Tidak akan ada habisnya. Akan tetapi, pergantian tahun selalu beririsan dengan spirit keislaman, betapa pentingnya beberapa hal berikut yaitu:
Pertama, waktu
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr: 1-3)
Kedua, urgensi introspeksi diri atau muhasabah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS Al-Hasyr: 18)
Ketiga, mensyukuri nikmat umur
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran: 145)
Keempat, perencanaan untuk tahun mendatang
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS al-Anfal: 60).
Pentingnya resolusi
Dari sekian banyak ajaran dan anjuran kepada kita dalam kapasitasnya sebagai seorang Muslim, setidaknya merayakan tahun baru bisa membangun resolusi selama tahun mendatang ( tafakkur isti’dad ). Resolusi menjadi sangat penting untuk menjalani hidup ke depan, berupa target capaian, antisipasi keburukan dengan belajar dari pengalaman, dan parameter ubudiyah yang lebih ditingkatkan.
Pentingnya resolusi ini tergambar jelas dengan keteladanan Nabi Muhammad SAW ketika akan melakukan perjalanan hijrah. Nabi berhijrah bukan tanpa perencanaan sebelumnya, justru beliau membuat resolusi sebagai antisipasi sewaktu-waktu perintah hijrah dari Allah SWT tiba (Prasetia, 2022; 02)
Beliau menanyakan kepada para sahabat, apakah unta sudah siap? Apakah perbekalan sudah cukup? penunjuk jalan alternatif yang tidak biasa ditempuh? Informan yang memberikan informasi selama perjalanan? Orang untuk menghapus jejak perjalanan? Dan sejumlah pertanyaan dan perencanaan sebagai bagian dari resolusi beliau.
Keteladanan resolusi dari nabi ini patut untuk kita renungi, bagaimana perayaan tahun baru menjadi momentum untuk membangun resolusi hidup ke depan. Segala perbuatan haruslah diawali dengan perencanaan, berbekal pengalaman, kematangan niat, serta kesiapan terhadap tantangan.
Dengan ini, perayaan tahun baru menuai hakikat dan makna esetorisnya dalam Islam. Alhasil, kita bisa menjadikan perayaan ini tidak sekadar selebrasi melainkan bisa membangun resolusi. Wallahu a’lam (A Fahrur Rozi, ed: Nashih)