Oleh KH Husin Naparin
Ketua Umum MUI Provinsi Kalimantan Selatan
Alangkah banyaknya problema yang harus kita hadapi, lebih-lebih pada zaman now; dari diri kita sendiri yang ambisius tak terkendali, kehidupan rumah tangga konsumtif dan kekeluargaan gersang kasih sayang, kondisi masyarakat serba permisif buah paham radikal dan liberal akibat globalisasi.
Semua ini bisa jadi melupakan seseorang akan adanya akhirat; ya’lamuuna zhaahiran minalhayati dun-ya wa hum anil-aakhirati hum gaafiluun, mereka hanya tahu lahiriyah kehidupan dunia sedang tentang akhirat mereka lalai. (QS ar-Rum 7), mereka mengira hidup hanya di dunia ini, bila sudah mati akan menjadi tanah, mereka pun memperebutkan dunia, tak tahu untuk apa?
Image sejak dulu sudah ada; seorang musyrik Makkah datang membawa sepotong tulang yang sudah rapuh menemui Nabi SAW seraya bertanya, siapakah yang dapat menghidupkan tulang yang sudah hancur luluh? Allah menurunkan wahyu-Nya, katakan (wahai Muhammad), ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. (QS Ya-sin 88-89)
Akhirat (al-akhirah dalam Bahasa Arab) adalah kehidupan alam baka. Utsman bin Affan menangis melihat kubur, ketika ditanya; jawabnya, kubur adalah awal akhirat, siapa yang selamat, setelah itu segala sesuatunya amat mudah; tetapi bila tidak, maka peristiwa sesudahnya lebih dahsyat mengerikan.
Pendapat lain, akhirat dimulai setelah kiamat, manusia dibangkitkan dari kubur, kubur hanya barzah (tahanan sementara). Kedua pendapat ini ujungnya sama, akhirat adalah masuknya ahli surga ke surga dan ahli neraka ke neraka.
Beragam peristiwa akhirat yang akan kita hadapi diberitakan Alquran dan hadits, kita wajib percaya kendati gaib (misteri) bagi manusia; antara lain kebangkitan dari kubur, dihalaunya seluruh manusia ke padang mahsyar untuk mempertanggung jawabkan iktikad dan amalnya di pengadilan Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda, tidak bisa bergeser sedikitpun kaki seseorang dari mahkamah itu kecuali setelah menyelesaikan pertanggungan jawabnya, kemana umur dihabiskan, dengan ilmu apa yang diamalkan, tentang harta dari mana didapat dan ke mana menggunakan, dan tubuh untuk apa dimanfaatkan. (HR Tirmidzi).
Siapapun tidak bisa mengelak; saksi-saksi berbicara, yaitu lidah, dua tangan dan dua kaki, mata dan telinga, bahkan kulit. Seseorang bingung sendiri; mengapa kamu bisa berkata begitu? tanyanya. Kulitnya-pun berkata, Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata, telah menjadikan kami pandai (pula) berkata. (QS Fussh-shilat 21).
Bertutur pula hartanya, malam dan siang; bahkan bumi memberikan informasi (yauma idzin tuhadditsu akhbaarahaa), hari itu dan waktu itu anda berbuat maksiat di belakangku. (HR Ahmad dll).
Tiga kondisi seseorang lupa kepada siapapun, ketika amal ditimbang, ketika catatan amal diserahkan, ketika meniti titian (shirat) yang di bawahnya menganga neraka jahannam. (HR Abu Daud).
Seberapa banyak bekal akhirat kita? Jangan dulu merasa banyak dan cukup. Di akhirat, ada orang bangkrut karena pahalanya diambil orang lain atau dosa orang dipikulkan kepadanya. Why? Karena di dunia yang bersangkutan pernah mencerca orang lain itu, menzalimnya dengan memakan hartanya, menumpahkan darah atau memukulnya, memfitnah dan mencemarkan kehormatannya.(HR Muslim).
Karenanya wahai hamba Allah, tataplah akhiratmu, taubatlah jika bermasalah dengan Khalik; tata dan titi duniamu, minta halal dan ridha jika anda bermasalah dengan sesama makhluk. (*)