Puasa Lahirkan Manusia Ikhlas
Prof. Dr. H. A. Kumedi Ja’far, S.Ag., M.H.
Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
Ketua LP2M UIN Raden Intan
Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Provinsi Lampung
Allah berfirman yang artinya “ Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya semata-mata untuk Allah swt. Ini artinya bahwa semua aktifitas termasuk ibadah puasa yang kita lakukan tentunya semata-mata hanya untuk Allah swt.
Dalam firman Allah swt yang lain, yakni Surat al-Bayyinah Ayat 5 dijelaskan bahwa kita hanya diperintahkan untuk beribadah (menyembah) Allah dengan ikhlas dan mentaatinya semata-mata karena (menjalankan) agama, bukan karena yang lain. Berdasarkan kedua ayat ini jelas bahwa semua ibadah termasuk puasa yang kita lakukan harus berdasarkan keikhlasan karena Allah swt, sebab ibadah apapun tanpa didasari dengan keikhlasan, maka semuanya akan sia-sia, bahkan akan ditolak oleh Allah swt dan tidak bermakna, hal ini sebagaimana Hadis Rasulullah saw yang artinya tidak akan diterima amal ibadah seseorang kecuali dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Lantas apa itu ikhlas? Dan bagaimana puasa mampu melahirkan keikhlasan? Ikhlas itu ketika meniatkan seluruh ibadah hanya untuk Allah swt, sehingga tidak bangga akan pujian dan sanjungan orang lain. Ikhlas itu ketika mampu berbagi rezeki meskipun kita dalam keadaan terhimpit. Ikhlas itu ketika tersenyum melihat orang lain bahagia walaupun kita sedang berduka. Ikhlas itu ketika harus melepaskan sesuatu demi kebaikan bersama sekalipun kita yang terluka. Ikhlas itu ketika dihujani kata-kata yang menyakitkan tetapi kita tetap bersikap baik dan mendo’akannya. Ikhlas itu seperti surat al-Ikhlas, tidak ada kata ikhlas pada ayatnya, tidak terlihat, tidak tergambarkan, tidak terdefinisikan, tetapi ikhlas hanya dapat dirasakan dalam lubuk hati seseorang yang mampu memahaminya.
Oleh karena itu puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari haus dan lapar, melainkan puasa mampu menjadikan pondasi keimanan seseorang dalam membebaskan diri dari keserakahan dunia. Ingat puasa termasuk ibadah rahasia (Sir), karena puasa merupakan ibadah yang terhubung langsung antara seseorang dengan Allah swt. Boleh jadi di hadapan orang lain seseorang mengaku berpuasa, padahal di belakang, ia makan dan minum (tidak puasa).
Oleh karena itu puasa memerlukan keikhlasan, puasa bukan karena malu sama orang, puasa bukan karena ingin dilihat orang lain, puasa bukan karena ingin dipuji orang lain, tetapi puasa semata-mata karena ketaatan kepada Allah swt. Untuk itu belajarlah menjadi orang ikhlas, karena dengan keikhlasan kita akan mampu menerima segala sesuatu dengan berlapang dada dan berjiwa besar. Wallahua’lam Bishawab.