Ramadhan Sarana Pengendalian Diri
Prof. Dr. H. A. Kumedi Ja’far, S.Ag., M.H.
Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
Ketua LP2M UIN Raden Intan Lampung
Ketua Komisi Ukhuwah islamiyah MUI Provinsi Lampung
Tidak terasa 10 (Sepuluh) hari pertama dari bulan suci Ramadhan akan berakhir, tentunya kita tidak mau seluruh rangkaian ibadah Ramadhan yang telah kita lakukan akan sia-sia tidak bermakna. Pertanyaannya, apakah kita sudah menjalankan ibadah Ramadahan dengan baik dan benar?
Mengenai hal ini Rasulullah saw telah menjelaskan dalam hadisnya, bahwa ada 6 (Enam) perkara yang dapat merusak bahkan menghancurkan amal kebaikan, termasuk ibadah Ramadhan: Pertama, sibuk membuka aib dan mencari kesalahan orang lain. Ini artinya bahwa perbuatan suka membuka aib dan mencari-cari kesalahan orang lain dapat menyebabkan rusaknya amal ibadah seseorang, Ingat hadis Rasulullah yang artinya “Barangsiapa yang tidak mampu menjaga lisan dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh akan puasa kalian”. Oleh karenanya hal itu harus dihindari, sebab hal itu bukan saja dapat merusak dan menghancurkan ibadah, tetapi juga dapat mengancam ukhuwah Islamiyah di antara kita. Kedua, hati yang keras. Ini artinya bahwa sikap keras hati seperti tidak mau menerima masukan orang lain dan marah ketika ditegur harus dihindari dari kehidupan kita, sebab hal itu bukan saja dapat merusak ibadah, tetapi juga dapat merugikan diri sendiri. Ketiga, terlalu cinta dunia. Ini artinya bahwa dunia adalah segalanya, sehingga ukuran dalam hidupnya hanyalah dunia/materi, maka hal ini harus dihindari, sebab bisa jadi kita yang akan diperbudak oleh dunia. Sehingga akhirat akan terabaikan, bahkan akan terlupakan. Ingat, Allah swt berfirman bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan belaka, maka wasapadalah, jangan sampai kita terperdaya oleh dunia, apalagi diperbudak oleh dunia. Keempat, sedikit malu. Ini artinya bahwa rasa malunya sedikit, sehingga apabila berbuat salah dan berbuat dosa itu hal yang sudah biasa, seolah-olah tidak merasa bersalah dan berdosa. Sementara malu itu sebagian dari iman, maka apabila seseorang itu tidak punya rasa malu, berarti seseorang itu tidak punya iman. Kelima, panjang angan-angan. Ini artinya bahwa orang yang suka berkhayal/banyak angan-angan, bukan saja dapat merusak ibadah, tetapi juga dapat merusak pikiran dan hati, sebab hal yang demikian itu merupakan perbuatan syetan. Untuk itu lebih baik berkarya nyata daripada berkarya kata (banyak bicara), apalagi berangan-angan. Keenam, berbuat dhalim tiada henti. Ini artinya bahwa orang yang suka berbuat dhalim seperti menghina, memaki, meremehkan dan menyakiti yang lain bukan saja dapat merusak ibadah, tetapi juga dapat membahayakan persaudaraan, bahkan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena itu marilah kita manfaatkan Ramadhan ini sebagai sarana pengendalian diri, tentunya dengan senantiasa memperbanyak berdzikir, bersedekah, menjaga lisan, menjaga sikap dan menjaga hati, serta memperbanyak melakukan amal kebaikan, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia (hablumminannas) maupun terhadap Allah swt (hablumminallah), sehingga kita bisa terhindar dari 6 (enam) perkara tersebut di atas. Wallahua’lam Bishawab.