JAKARTA – Ibnu Haitsam memiliki nama lengkap Abu Ali Muhammad al-Hasan ibnu al-Haitsam, yang populer dengan nama Alhazen di dunia Barat.
Ilmuwan Muslim yang lahir di Bashrah pada 965 Masehi tersebut, menguasai berbagai bidang disiplin ilmu seperti sains, falak, matematik, geometri, pengobatan, dan filsafat.
Perjalanan intelektual dan kariernya dimulai dari Basrah yang kemudian dilanjutkan dengan hijrah ke Ahwaz dan Baghdad setelah berkhidmah sebagai pegawai pemerintah di tanah kelahirannya.
Kecintaannya yang besar terhadap ilmu pengetahuan tidak membuatnya cepat berpuas diri dan merasa cukup, sekalipun lahir dan dibesarkan di pusat ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah yaitu Basrah dan Baghdad.
Hal ini dapat dilihat dari keputusannya meneruskan perjalanan intelektual ke Mesir, untuk meneruskan studinya di Universitas al-Azhar.
Selama proses mengumpulkan biaya tambahan studinya, Ibnu Haitsam melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil yang kerap meluap hingga mengakibatkan banjir dan gemar menyalin buku-buku mengenai matematika dan ilmu falak.
Ibnu Haitsam merupakan ilmuwan yang produktif dalam menghasilkan karya. Tidak kurang dari dua ratus buah karya yang dihasilkan meliputi matematika, fisika, astronomi, kedokteran dan optik, serta karya-karya terjemahan atau komentar atas karya filsafat.
Karya-karya tersebut di antaranya yaitu kitab Al-Jami fi Usul al Hisab (teori-teori metametik dan analisanya), kitab al-Tahlil wa al-Taarkib (ilmu geometri), Kitab Tahlil al-Masȃil al-Adadiyah (algebra), serta magnum opus nya yaitu Kitab Al-Manaazir.
Al-Manaazir merupakan karya Ibnu al-Haitsam dalam bidang kajian optik dan buku tersebut pernah menjadi rujukan bagi para ahli kajian optik setelahnya. Karya ini diterjemahkan Witelo pada 1270 M dan kemudian diterbitkan F Risner pada 1572 M dengan judul Thesaurus Opticae. Dalam bahasa latin, kitab ini juga diterjemahkan dengan judul Opticae Thesaurus Alhazeni Arabis.
Penemuan Ibnu Haitsam dalam ilmu optik merupakan penemuan yang paling orisinil dan penting dalam sejarah Islam.
Menurut Sigrid Hunke, Ibnu Haitsam adalah ilmuwan Arab yang berpengaruh banyak terhadap keilmuan barat berdasarkan karya dan teori yang digagasnya.
Dalam dua bidang yaitu kimia dan optik, teori-teorinya telah mewarnai ilmu pengetahuan di Eropa hingga kini.
Berawal dari Kitab Al-Manaazir, setiap yang berkaitan dengan ilmu optik mulai berkembang, hingga Leonardo da Vinci, seorang ilmuwan asal Italia yang menemukan alat (foto rontgen) atau penggelap, penemu semprotan air, dan mesin bubut, telah dipengaruhi kaum Muslimin dan banyak terinspirasi oleh pemikiran-pemikiran al-Haitsam.
Bahkan hingga saat ini, persoalan fisika dan matematika yang sangat sulit ini berhasil dipecahkan Ibnu al-Haitsam melalui pantulan benda segi empat, yang menjelaskan kemahirannya dalam bidang ilmu Aljabar.
Karenanya, tidak berlebihan pula apabila Ibnu Haitsam diberi gelar sebagai Bapak Optika Modern berdasarkan karya-karya yang telah dia sumbangkan untuk keilmuan masa kini. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)