JAKARTA— Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam ajaran Islam. Peristiwa penting ini merekam turunnya perintah shalat lima waktu bagi setiap muslim yang diabadikan di dalam Alquran.
Melihat dari jumlah kata, Isra Miraj terdiri dari dua suku kata. isra’ berarti berangkatnya Rasulullah SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsa . Sedangkan mi’raj berarti perjalanan Rasulullah SAW naik dari Masjid Al Aqsa menuju Sidratul-Muntaha (langit tertinggi) tersebut terjadi atas kehendak dan izin Allah Ta’ala serta merupakan bagian dari mukjizat yang diberikan-Nya kepada Rasulullah SAW. Firman Allah dalam surat Al Isra ayat 1.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ للِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.”
Dari ayat di atas, terdapat hikmah yang dapat digali melalui peristiwa Isra Miraj. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan para ulama mengenai hikmah tersebut di antaranya:
Pertama, pengakuan atas keagungan dan kuasa Allah ta’ala, Tuhan semesta alam. Dalam Tafsir Alquran al-‘Azhim, Ibnu Katsir menjelaskan pada permulaan ayat 1 surat Al Isra, Allah Ta’ala memuji diri-Nya sendiri, mengagungkan kedudukan-Nya, sebab kekuasaan-Nya atas apa yang tidak dikuasai siapa pun selain Dia.
Oleh karena itu, tidak ada Tuhan selain diri-Nya yang mampu memperjalankan hamba-Nya (Rasulullah) dalam suatu malam dari Masjidil Haram yang berada di Makkah ke Masjid Al Aqsa yang berada di Baitul Maqdis.
Senada dengan pendapat Ibnu Katsir, al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya berpendapat peristiwa Isra Miraj menjadi sanggahan terhadap kesucian Allah SWT yang di sangka oleh orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa Allah SWT memiliki sekutu di antara makhluk-Nya, serta mempunyai istri dan anak.
Kedua, hiburan bagi Rasulullah SAW setelah melewati Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni).
Dalam sejarah kehidupan Rasulullah (Sirah Nabawiyah) SAW, sebelum terjadinya peristiwa Isra Miraj, Rasulullah SAW mengalami keadaan duka cita yang amat mendalam.
Beliau ditinggal sang istri, Khadijah yang sepanjang hayatnya setia menemani perjuangan lika-liku dakwah Rasulullah SAW.
Khadijah juga merupakan orang pertama yang mengimani kenabian Rasulullah SAW.
Tak berhenti sampai di situ, perjuangan nyata Khadijah dibuktikannya dengan membela dan menghibur Rasulullah SAW dari orang-orang yang mencemoohnya.
Selain sang istri, dalam tahun ini pula Rasulullah SAW ditinggal pamannya sendiri, Abu Thalib yang sangat melindungi perjuangan dakwahnya. Kematian dua orang paling penting bagi Rasulullah inilah disebut dengan tahun kesedihan (‘Amul Huzni).
Dalam keadaan duka cita dan semakin banyaknya intimidasi orang-orang kafir Quraisy yang diterima Rasulullah SAW tersebut, Allah SWT “menghibur” Rasulullah SAW dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit ketujuh dan menemui-Nya. Pada peristiwa ini pula diperintahkannya shalat lima waktu bagi umat Muslim.
Ketiga, peristiwa untuk meneguhkan keimanan umat Muslim. Peristiwa Isra Miraj yang hingga kini seringkali diperingati oleh sebagian besar kaum Muslimin, pada dasarnya sebagai memotivasi dan penyemangat untuk meneguhkan keimanan. Peristiwa besar dan ajaib atas kuasa Allah SWT tersebut harus diyakini sebagai mukjizat bagi Rasulullah SAW.
Dalam peristiwa ini pula Allah SWT mengajarkan bahwasanya setiap kesulitan yang dihadapi manusia, apabila dilalui dengan kesabaran, kepasrahan, serta berupaya untuk melaluinya niscaya akan diberikan jalan keluar.
Penghiburan yang Allah SWT berikan kepada Rasulullah SWT merupakan bukti tersirat setiap kesulitan akan ada kemudahan dan hikmah bagi mereka yang sanggup melaluinya dengan baik. Bersabar bukan berarti tidak mengerahkan daya dan upaya.
Bersabar dalam ujian dan cobaan justru yang lebih mendekatkan seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Sebagaimana perjalanan Rasulullah bertemu dengan Allah menuju langit ke tujuh dalam peristiwa Isra Miraj. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)