JAKARTA – Persatuan dan kesatuan merupakan hal penting bagi kehiduan manusia terlebih dalam konteks kebangsaan. Sebab peran aktif menjaga sikap tersebut menjadi salah satu tolak ukur seberapa besar kecintaan seseorang pada tanah airnya.
Persatuan dan kesatuan tercermin dalam sikap keberagamaan yang ramah terhadap keberagaman dan perbedaan. Begitu pula bagian dari langkah untuk menghindari konflik yang melahirkan perpecahan.
Sikap keberagamaan seperti ini akan memprioritaskan kepentingan yang lebih besar, yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, daripada kepentingan pribadi. Sikap keberagamaan ini pun akan menjauhkan perilaku memecah belah di antara warga negara.
Sikap tersebut pula yang disinggung di dalam Alquran mengenai anjuran menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Banyak ayat Alquran yang berisi perintah dari Allah kepada hamba-Nya untuk mewujudkan, merawat, dan mempertahankan kesatuan.
Selain itu, banyak ayat pula yang mengecam upaya serta tindakan yang memicu perpecahan dalam kehidupan. Salah satu firman Allah yang mengabarkan ini terdapat dalam surah Āli ‘Imrān ayat 103:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”
Menurut para ulama tafsir, kata i’tashimu hadir dalam bentuk perintah (‘amr) yang menunjukkan bahwa menjaga persatuan adalah suatu kewajiban, bukan sekadar anjuran semata.
Ulama tafsir kenamaan, Al-Qurthubi dalam karyanya al-Jāmi‘ li Ahkām Al-Qur’ān mengutip pendapat dari Taqi bin Mukhallad yang menjelaskan bahwa ayat di atas menegaskan pentingnya berada dalam ikatan jamaah (persatuan).
Lebih lanjut, substansi ayat tersebut menunjukkan betapa Allah Swt. menghendaki setiap pribadi untuk bersikap toleran (ulfah) dan menjauhi perpecahan. Perpecahan akan melahirkan kerusakan, sedangkan persatuan akan mengantarkan pada keselamatan.
Pentingnya menjaga persatuan juga dapat dilihat dari pertalian ayat di atas dengan ayat sebelumnya Āli ‘Imrān ayat 102 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah memerintah kepada kaum mukmin untuk bertakwa dengan penuh kesungguhan. Begitu pula disandingkannya perintah untuk bertakwa dan menjaga persatuan menunjukkan urgensi luar biasa kedua hal ini dalam ajaran Islam.
Oleh sebab itu, seorang mukmin yang berusaha menjadi pribadi yang bertakwa pada saat yang bersamaan dituntut untuk selalu menjaga persatuan. Dapat juga dipahami bahwa selalu berusaha menjaga persatuan merupakan cerminan ketakwaan seseorang.
Dalam konteks Indonesia masa kini, persatuan dan kesatuan menjadi perisai penting bagi suatu bangsa. Indonesia sendiri terdiri dari masyarakatnya yang majemuk dan kaya akan keragaman.
Apabila keragaman ini tidak dijahit dalam semangat persatuan dan kesatuan, maka negeri ini akan mampu untuk dihancurkan bagi mereka yang memiliki kepentingan.
Oleh karenanya, semangat tersebut harus terus disemai untuk terus tumbuh dalam jiwa-jiwa masyarakat Indonesia. Semangat ini pula yang akan menghantarkan bangsa ini pada kemajuan peradaban di masa yang akan datang.
(Isyatami Aulia/Angga)