JAKARTA – Peristiwa Nuzulul Quran menjadi salah satu momentum yang diperingati umat Islam, khususnya di Indonesia. Namun bagi mereka yang masih awam akan peringatan tersebut akan muncul pertanyaan apa itu Nuzulul Quran dan bagaimanakan sejarahnya?
Sebelum beranjak pada pembahasan sejarah Nuzulul Quran, ada baiknya mengetahui arti dua kata tersebut.
Nuzulul Quran terdiri dari kata nuzul dan Alquran. Penggunaan kata nuzul dalam istilah Nuzulul Quran atau turunnya Alquran tidaklah dapat dipahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Alquran tidaklah berbentuk fisik atau materi.
Mengutip pendapat dari Jalaluddin al-Suyuthi pengertian Nuzulul Quran diartikan secara majazi, yaitu penyampaian wahyu kepada Nabi Muhammad SAW dari alam ghaib ke alam nyata melalui perantara malaikat Jibril.
Secara sederhana Nuzulul Quran diartikan dengan peristiwa turunnya Alquran yang juga sekaligus waktu di mana peresmian Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul oleh Allah SWT.
Kapan terjadi?
Berkenaan dengan waktu kapan peristiwa nuzulul Quran, para ulama berbeda pendapat terkait hal ini. Sebagian berpendapat terjadi pada 17 Ramadhan dan yang lainnya menyatakan 24 Ramadhan.
Dalam Alquran, Allah SWT menyebutkan banyak isyarat terkait Nuzulul Quran, di antaranya seperti dalam surat Al Qadr, surat Al Baqarah ayat 185, dan surat Ad Dukhan ayat 3.
Apabila disimpulkan, ketiga ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Alquran diturunkan pada malam yang penuh berkah (lailah mubarokah). Sebagaimana pendapat dari Ibnu ‘Asyur yang dimaksud dengan malam yang penuh berkah di sini adalah salah satu malam di bulan Ramadhan. Malam di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya di Gua Hira.
Terlepas dari ragam perbedaan terkait waktu pasti diturunkannya Alquran, akan tetapi ulama sepakat, malam yang penuh berkah adalah Nuzulul Quran. Setidaknya, pendapat tersebutlah yang disampaikan al-Qurthubi, ath-Thabari, dan Ibnu ‘Asyur.
Proses turunnya Alquran
Terkait dengan peristiwa Nuzulul Quran, Syekh Manna al-Qaththan menjelaskan dalam kitab Mabâhits fî Ulûm al-Qur’ân bahwa pendapat yang paling kuat menyatakan Alquran diturunkan sebanyak dua kali, yaitu:
Pertama, diturunkan sekaligus pada Lailatul Qadar ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Peristiwa ini direkam dalam Alquran di berbagai surat. Salah satu isyarat yang menyebut hal ini dalam surat al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ …
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)….”
M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa kata inzal yang dipakai pada ayat di atas umumnya digunakan untuk menunjuk kepada turunnya sesuatu secara utuh sekaligus.
Adapun yang dimaksud dengan sekaligus yaitu Alquran turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah dari langit dunia pada malam lailatul Qadar.
Oleh sebab itu, Allah SWT menggunakan kata inzal untuk menunjukkan turunnya Alquran secara sekaligus.
Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Peristiwa ini salah satunya direkam dalam surat Al Jatsiyah ayat 2:
تَنْزِيْلُ الْكِتٰبِ مِنَ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِييْمِ
“Diturunkannya Kitab (Alquran) ini (berasal) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Syekh Manna al-Qaththan berpendapat kata tanzîl yang digunakan ayat di atas menunjukkan isyarat turunnya Alquran secara bertahap atau berangsur-angsur.
Arti bertahap di sini adalah Alquran turun berangsur-angsur di Makkah selama tiga belas tahun dan sepuluh tahun di Madinah. Hal ini merujuk kepada pendapat yang paling kuat.
Meski terjadi perselisihan kapan waktu terjadinya Nuzulul Quran, akan tetapi banyak umat Islam di Indonesia mengisinya dengan kegiatan mengkhatamkan Alquran yang ditutup dengan doa bersama. Kegiatan ini dilakukan setiap 17 Ramadhan.
Adapun pada 24 Ramadhan merupakan waktu 10 hari terakhir dari bulan suci yang kerap digunakan umat Islam untuk memaksimalkan ibadah salah satunya dengan itikaf.
Perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar dalam tradisi keilmuan. Akan tetapi jangan sampai esensi dari berkah turunnya Alquran menjadikan umat Islam berselisih terkait kapan waktu terjadi Nuzulul Quran.
Seyogianya setiap hari dalam Ramadhan dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih).