PAMULANG, MUI.OR.ID– Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam Majelis Ulama Indonesia, Habiburrahman El Shirazy mengingatkan anak muda berhati-hati membagikan informasi khususnya di media sosial.
Kang Abik menyampaikan, pada informasi yang sifatnya sensitif seperti keharaman musik, perlu dikaji dulu untuk menyebarkannya di sosial media. Proses pengkajian itu merupakan bentuk dari tabayyun sebagai tanggung jawab bersosial media.
“Ketika mendapatkan berita jangan langsung dishare (dibagikan) bahkan kalau berita itu benar, jangan langsung dishare, perlu diukur apakah itu layak atau tepat disebar ke publik, ” ujarnya saat menjadi narasumber “Remaja Bertanya tentang Seni Budaya, Ulama Menjawab” di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (14/9/2023).
Selain benar dan tidak, lanjut Kang Abik, yang patut diperhatikan adalah ketepatan audiens. Apakah berita yang dibagikan tersebut menimbulkan mudharat atau manfaat. Dampak membagikan berita tersebut apakah menimbulkan permasalahan atau tidak.
“Muslim yang selamat adalah yang bisa menjaga lisan dan tangannya dengan tidak menyakiti maupun menyinggung orang lain, ” ujar Kang Abik langsung dari Jerman.
Kang Abik mengingatkan, orang yang membuat informasi bohong akan menjadi orang yang fasik dan bahkan munafik.
Rasulullah SAW, kata kang Abik, menyampaikan salah satu ciri dari orang munafik adalah ketika berbicara dengan dusta. Kang Abik mengingatkan agar para remaja jangan sampai masuk ke dalam kategori ini.
“Ini adalah peringatan dan pesan dari Rasulullah untuk kehidupan kita agar berinteraksi dengan aman,” ungkapnya.
Kang Abik meyakini, apabila seluruh masyarakat khususnya generasi muda memegang prinsip ini, maka Indonesia akan menjadi negara yang makmur.
“Tidak ada orang bohong. Semua harus mencontohkan kejujuran, tidak bohong, maka negara ini akan makmur, ” jelasnya.
Ia mengingatkan dengan tegas kepada generasi muda agar tidak berdusta. Seorang filsuf ada yang menyampaikan bahwa penyakit yang tidak bisa disembuhkan adalah ketidakjujuran.
“Maka jangan coba-coba menyatakan dusta, kalau menjadi orang jujur, maka menjadi bagian memajukan peradaban Indonesia, menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkasnya.
(Sadam/Azhar)