JAKARTA— Idul Adha menjadi momen istimewa bagi umat Islam. Secara bahasa, kata ‘id berarti kembali, maksudnya kembali kepada kegembiraan dan keceriaan.
Sedang adha, bermakna menyembelih. Jadi, kurang lebih makna Idul Adha adalah hari raya kurban. (Lihat Wahbah Zuhaili al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz 2, hal 1386).
Banyak sekali amalan bernilai sunnah pada hari tersebut. Salah satunya adalah shalat Idul Adha. Menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i, shalat Idul Adha merupakan sunnah muakkadah (yang sangat dianjurkan).
Sedang pelaksanaan shalat Idul Adha sebenarnya sudah dapat dilakukan sejak setelah matahari terbit sampai waktu zuhur tiba. Akan tetapi, lebih utama shalat Idul Adha dilaksanakan sekitar 16 menit setelah matahari terbit.
Hendaknya shalat Idul Adha dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau tanah lapang. Namun, jika dirasa tidak memungkinkan untuk berjamaah karena adanya uzur tertentu, maka tidak mengapa shalat sendiri.
Shalat Idul Adha secara umum sama seperti shalat kita sehari-hari. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah takbir di rakaat pertama dan kedua. Kemudian persis setelah shalat, kita akan mendengarkan khutbah Idul Adha.
Karena shalat ini hanya dilaksanakan satu tahun sekali, tidak jarang kita lupa-lupa ingat bagaimana tata caranya. Berikut merupakan penjelasan tentang tata cara shalat idul adha:
Pertama, niat di dalam hati saat takbiratul ihram. Sunnah diucapkan lisan sebelum takbiratul ihram untuk memantapkan niat di dalam hati.
Niat untuk Imam:
أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى إِمَامًا لِلّهِ تَعَــــالَى
Usholli rak’ataini sunnatan li ‘idil adha imaman lillahi ta’ala.
“Aku berniat salat sunnah Iduladha dua rakaat menjadi imam karena Allah ta’ala.”
Niat untuk makmum:
أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَــــالَى
Usholli rak’ataini sunnatan li ‘idil adha ma’muman lillahi ta’ala.
“Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat menjadi makmum karena Allah ta’ala.”
Adapun jika terpaksa shalat sendiri, maka tinggal dihilangkan lafaz makmum/imamnya saja.
Nah, setelah takbiratul ihram, perlu diingat bahwa kita harus kembali takbir dengan mengangkat tangan sebanyak tujuh kali di rakaat pertama. Di sela-sela takbir, kita dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar
Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.”
Sementara di rakaat kedua, kita bertakbir dengan mengangkat tangan sebanyak lima kali dengan diselingi doa yang sama seperti di rakaat pertama.
Setelah itu, sebagaimana shalat seperti biasanya, kita membaca surat al-Fatihah dilanjut dengan surat pilihan. Perlu diketahui, ada surat-surat yang dianjurkan dibaca pada saat shalat Idul Adha.
Yang paling populer adalah membaca surat al-A’la di rakaat pertama dan surat al-Ghasyiyah di rakaat kedua. Kemudian menurut Imam Malik dianjurkan membaca surat al-Syams di rakaat kedua. Sementara menurut Imam as-Syafi’i, di rakaat kedua, dianjurkan membaca surat al-Qamar. (Lihat Wahbah Zuhaili //al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh,// juz 2, hal 1395).
Selebihnya, pelaksanaan shalat Idul Adha sama seperti biasanya kita lakukan dengan dua rakaat hingga salam. Setelah salam, kita dianjurkan untuk mendengarkan khutbah Idul Adha dari khatib.
Selain itu, kita juga disunnahkan untuk memperbanyak membaca takbir baik sebelum atau sesudah shalat Idul Adha. Terhitung sejak pagi hari Arafah, 9 Dzulhijjah hingga berakhirnya hari Tasyriq, 13 Dzulhijjah. Berikut lafaz takbir:
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illalloh wallohu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya.” (Shafira Amalia, ed: Nashih).