JAKARTA— Saat seseorang melaksanakan haji, doa yang terucap dari kita adalah harapan agar dia meraih haji yang mabrur.
Sebagaimana jamak diketahui, haji mabrur adalah harapan semua orang yang akan dan tengah melaksanakan haji. Nabi Muhammad SAW bersabda:
الْحَجَّةُ الْمَبْرُورَةُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya: “Hanya surga balasan bagi haji mabrur.” (HR An-Nasa’i)
Lantas, apakah haji mabrur itu? Dan apa saja kiat untuk meraihnya?
Secara bahasa, mabrur berasal dari kata //birr// yang berarti kejujuran dan ketaatan. (Lihat Ibnu Manzur, //Lisanul Arab,// juz 4, hlm 51)
Jadi, haji mabrur dapat diartikan sebagai haji yang mengantarkan seseorang menjadi hamba yang semakin jujur dan taat kepada Allah SWT.
Artinya hamba tersebut memiliki kepekaan sosial dengan kejujurannya dan kesalehan ritual dengan ketaatannya. Dengan penjelasan ini, hadits di atas menjadi masuk akal bahwa balasan bagi haji mabrur adalah surga.
Adapun kiat-kiat meraih haji mabrur telah ditulis dengan relatif lengkap dalam buku //Tuntunan Manasik Haji dan Umrah// Kementerian Agama tahun 2020 sebagai berikut:
a. Meneguhkan niat yang tulus ikhlas semata-mata karena Allah
b. Menghindari perbuatan //sum’ah//(mencari popularitas), riya (menonjolkan diri) dan // mubahah// (berbangga-bangga)
c. Membekali diri dengan takwa karena sebaik-baik bekal adalah takwa kepada Allah SWT
d. Menggunakan biaya yang halal
e. Membekali diri dengan hati yang selalu berserah diri kepada Allah SWT, menerapkan sikap sabar, tawakkal, dan bersyukur dalam setiap kesempatan serta memperbanyak dzikir dan doa
f. Melaksanakan semua rangkaian haji, mulai dari rukun, wajib, dan sunnahnya sesuai tuntunan syariat
g. Mengendalikan hawa nafsu selama dalam perjalanan dan selama menjalankan ibadah haji dengan senantiasa berusaha tidak melakukan //rafas// (ucapan/perbuatan yang bersifat pornografi), //fusuq//(perbuatan maksiat/dosa), dan //jidal// (berbantah-bantahan dan pertengkaran)
h. Menghindari semua larangan ihram dengan penuh kesungguhan
i. Meningkatkan kualitas ibadah dan kepedulian sosial sepulang dari ibadah haji, yang ditandai dengan:
1) Menunjukkan tutur kata yang baik
2) Menebarkan kedamaian dan kesejahteraan
3) Menunjukkan sikap senang memberi dan membantu kepentingan umat
4) Meninggalkan maksiat. Allah SWT berfirman:
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Al-Baqarah [2]:197)
(Ilham Fikri, ed: Nasih)