JAKARTA— Ajaran Islam mengajak umat agar memerhatikan status kehalalan atau keharaman harta yang diperoleh. Alasannya, harta yang didapat dengan jalan yang haram, selain merugikan orang lain, harta itu akan membawa hal-hal negatif bagi orang yang menggunakannya.
Allah SWT memerintahkan supaya kita memakan harta yang baik dan yang diraih dengan cara yang baik pula. Firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.” (QS Al Baqarah [2]:172)
Pada ayat lain, Allah SWT juga berfirman sebagai berikut:
كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۙ وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْۚ وَمَنْ يَّحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِيْ فَقَدْ هَوٰى
“Makanlah sebagian yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Janganlah melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku akan menimpamu. Siapa yang ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh binasalah dia.” (QS Taha ayat 81)
Rasulullah SAW mewanti-wanti bahwa kelak di hari kiamat, salah satu hal yang akan ditanya adalah dari mana harta yang kita dapat? Apakah harta itu diperoleh dengan cara yang halal atau haram?
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَههُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
Dari Abu Barzah Al Aslami berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan.” (HR Tirmidzi no 2341)
Tidak berhenti sampai di sana, riwayat lain menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW meramalkan kelak di masa depan akan datang zaman di mana orang sudah tidak perduli dari mana harta yang dia dapat, entah halal atau haram.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيلَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَاالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
Dari Abu Hurairah RA radhiallahu’anhu dari Nabi ﷺ bersabda, “Sungguh pasti akan datang suatu zaman pada manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya apakah dari barang halal ataukah haram.” (HR Bukhari no 1941)
Setidaknya ada tiga akibat negatif bila seseorang terbiasa memakan atau bahkan menafkahi keluarganya dengan harta yang diperoleh dengan jalan haram. Pertama, doa yang tidak akan pernah diijabah. Keterangan ini langsung dijelaskan Rasulullah SAW di mana Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا…. ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَااءِ : يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula…. Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai, dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan segala sesuatunya dihasilkan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR Muslim no 1686)
Kedua, hartanya tidak akan membawa kerberkahan dan dirinya tidak akan pernah merasa kenyang. Terkait ini, Nabi SAW bersabda:
فَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِحَقِّهِ ؛ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِغَيْرِ حَقِّهِ ؛ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
“Maka barang siapa yang mengambil harta yang menjadi haknya, maka akan diberikan keberkahan kepadanya, Dan barang siapa yang mengambil harta yang bukan menjadi haknya, maka ia adalah seperti hewan yang selalu makan dan tidak pernah merasa kenyang.”
Ketiga, orang yang memakan harta haram bawaannya selalu ingin bermaksiat kepada Allah SWT.
Imam al-Ghazali dalam karyanya Ihya’ Ulumiddin mengutip sebuah riwayat dari Sahl al-Tustari:
وقال سهل رضي الله عنه من أكل الحرام عصت جوارحه شاء أم أبى علم أو لم يعلم ومن كانت طعمته حلالاً أطاعته جوارحه ووفقت للخيرات
Sahl al-Tustari RA berkata, “Orang yang memakan harta haram, tubuhnya mau tidak mau akan bermaksiat kepada Allah secara sadar atau tidak sadar, sedang orang yang memakan harta halal, tubuhnya mau tidak mau akan taat kepada Allah dan dia diberi Taufik senantiasa melakukan banyak kebaikan.”
Itulah tiga akibat negatif dari harta yang diperoleh dari jalan haram. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua beserta keluarga kita dari harta haram atau bahkan dari harta yang tidak jelas statusnya (syubhat). (Ilham Fikri, ed: Nashih).