Bandar Lampung: Dalam rangka pencegahan dan menangkal radikalisme, PW IPNU Gelar Acara Seminar Pemuda Agen Perdamaian pada Kamis, 15/12/2022 di Rik’s Cafe, Bandar Lampung.
Kegiatan tersebut diisi oleh Kabid Penelitian FKPT Lampung Dr. Abdul Qodir Zaelani, M.A., Kabinda Lampung, PWNU Lampung Prof. Dr. Ruslan Abdul Ghofur, dan Kakanwil Kemenag Lampung Puji Rahrajo, S.Ag., S.S., M.Hum.
Dalam penyampaian materi, Prof. Dr. Ruslan Abdul Ghofur, menjelaskan pentingnya peran organisasi masyarakat, dalam menyebarkan paham Islam rahmatan lil’alamin.
“Islam sebagai rahmatan lil alamin ini secara normatif dapat dipahami dari ajaran Islam yang berkaitan dengan akidah, ibadah dan akhlak. Akidah atau keimanan yang dimiliki manusia harus melahirkan tata rabbaniy (sebuah kehidupan yang sesuai dengan aturan Tuhan), tujuan hidup yang mulia, taqwa, tawakkal, ikhlas, ibadah,” jelas Prof Ruslan.
Menurutnya, agama itu, dilihat sebagai normatif doktrin sedangkan ilmu itu harus objektif, rasional.
Agama yang kurang pemahaman secara mendalam bisa jadi dimasuki oleh doktrin.
“Pemahaman agama yg kecewa dengan sistem masuk pesantren,aliyah, kuliah, ingin instan kebanyakan dimasuki oleh doktrin. Demikian itu biasanya tidak muncul di pendidikan kita, karena lahannya bukan mereka yang punya ilmu secara mendalam tetapi ambil sisipan. Maka rentan anak-anak SMA, SMP, perguruan tinggi umum, pemahaman agama yang rendah, itu tersisipi dan mudah dimasuki paham-paham yang demikian,” ujarnya.
“Maka kita semua punya tanggung jawab, mari sama -sama saling bekerja sama. ada 2 institusi Pemerintah mempunyai power, struktur, daya maksa, instrumen untuk jatuhi hukuman (Eksekutif, Yudikatif, Legislatif). Sedangkan masyarakat mempunyai kekuatan mengontrol, sama-sama menjaga lingkungan sekitar. Ilmu kita walaupun sedikit sebarkan,” tambah Prof Ruslan.
Ia jua menjelaskan, Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah. Demikian perumpamaan orang berilmu yang tidak mau mengamalkan ilmunya. Sebanyak apa pun ilmunya, tidak bermanfaat bagi dirinya. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diiringi dengan amalan.
Menurutnya, mereka bergerak karena punya sarana untuk bergerak, ekonomi itu menjadi darah untuk bergeraknya sesuatu. Banyak sekali memanfatkan ke beragaman, ghirah keislaman, untuk donasi yang tidak penting. Muncul tokoh-tokoh marwah Islam, menggalang dana keislaman, dengan rasa kasihan.
“Maka kemudian jangan kalah semangat dan imbangi semangat yang ini. kita bergerak bersama-sama NU, MUI, Pemerintah bergandeng tangan untuk masalah ini, karena apa, kalau kita tidak bersatu padu maka ancaman nya adalah negara,” jelas Prof Ruslan.
“Kita mempunyai ilmu walaupun sedikit sebarkan, tidak harus bertatap muka, bisa melalui media sosial.” tambahnya. (Farra Tania Puspita/AQJ)