Bandar Lampung: Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Prof. KH Mohammad Mukri mengingatkan bahwa di era digital saat ini, kemampuan menyaring informasi yang terus mengalir di berbagai media menjadi kunci kesuksesan hidup.
Hal ini mengingat bahwa tidak semua informasi yang beredar merupakan hal yang benar dan bermanfaat. Pasalnya, semua orang dengan berbagai macam latar belakang dengan motif baik maupun buruk, bisa dengan mudah mengunggah informasi.
“Dulu orang bisa memimpin, hebat, dan sukses karena memiliki banyak informasi. Namun kini, yang mampu memimpin dan sukses adalah mereka yang mampu menyaring informasi,” katanya saat memberi pembekalan pada Siswa Bintara Polri SPN Kemiling di Komplek Asrama Haji Lampung, Selasa (13/12/2022).
Era yang bernama post truth ini bisa menjadikan sesuatu yang salah menjadi benar karena sering dimunculkan. Sementara kebenaran bisa dinilai salah karena kalah dengan informasi salah yang banyak beredar. Sehingga kompetensi literasi digital menjadi keniscayaan untuk dapat menemukan dan mengkonsumsi informasi yang benar-benar valid.
Prof. Mukri juga menyebut bahwa era saat ini sudah berubah akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Perkembangan cepat ini juga sudah berimbas pada perubahan-perubahan nilai di tengah masyarakat akibat globalisasi informasi.
“Orang modern saat ini mending ketinggalan dompet daripada ketinggalan HP,” ungkapnya memberi contoh perubahan nilai yang terjadi.
Sehingga ia mengimbau kepada masyarakat khususnya para calon anggota polisi untuk mewarnai dunia digital dengan hal-hal baik. Jangan sampai hal-hal negatif tentang aspek kehidupan malah mendominasi dunia digital yang akan membawa peradaban ke arah yang lebih baik.
Semisal terkait dengan pemahaman agama, masyarakat juga harus ekstra hati-hati dalam mendapatkan ilmu dan informasi. Seyogyanya proses mencari dan mendapatkan sumber ilmu agama dilakukan dengan baik melalui sumber atau yang jelas dan valid silsilah keilmuannya.
Kelompok dengan pemahaman keras saat ini sangat kuat melakukan penetrasi menyebarkan paham keagamaannya melalui media digital khususnya media digital. Masyarakat harus memegang prinsip bukan saja apa yang disampaiakan, namun siapa yang menyampaikan juga harus diperhatikan.
Kehati-hatian ini karena semua data yang diterima otak manusia akan diproses menjadi informasi.Informasi ini akan diproses menjadi pengetahuan. “Semuanya kemudian akan menjadi sebuah tindakan dan kebijakan,” ungkapnya.
“Jika tidak jelas sumbernya, maka kebijakan akan berdampak munculnya banyak kemudlaratan lebih luas,” imbuhnya.
Oleh karena itu, di tengah situasi yang ia sebut sebagai era turbulensi (gonjang-ganjing) akibat banjir informasi, setiap individu harus benar-benar menyadari pentingnya berhati-hati dalam memilah dan memilih informasi. (Muhammad Faizin).