Semarang – Pengelola pondok pesantren perlu mewaspadai penyakit gonore atau kencing nanah yang dialami para santri. Penyakit ini umumnya muncul ketika seseorang berhubungan seksual di lain satu pasangan.
Ketua Komisi Kesehatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah dr. Masyhudi menjelaskan bahwa banyak kasus terjadi anak-anak muda yang terkena penyakit gonore atau kencing nanah. Penyakit ini bisa terjadi di berbagai tingkatan, dan jumlahnya terus meningkat.
“Anak muda ini mulai terkena penyakit gonore. Penyakit ini terjadi ketika seorang berhubungan pasangan di luar satu orang. Anak kelas 1 SMA melalangbuana lalu terkena masalah itu. Yang mondok di pesantren bisa pergi ke tempat itu. Ketika mahasiswa jumlahnya semakin banyak. Ini kondisi kita hari ini,” kata dr Masyhudi.
Untuk mengatasi persoalan ini, terutama antisipatif di pesantren, semua pihak harus memahami ekosistem pesantren, antara lain hubungan antara pengelola, orang tua, santri, pemerintah dan masyarakat.
Hubungan antar santri itu jumlah kasusnya paling banyak. Menurut Masyhudi, kasus terjadi karena ketidaktahuan.
“Jadi, hubungan pengelola dengan santri, hubungan santri dengan santri dan hubungan santri dengan masyarakat. Jadi, penyakit gonore tadi terjadi karena hubungan santri dengan masyarakat,” tandasnya.
“Diharapkan ketika kita paham ekosistem ini, kita punya pemahaman cukup tentang kesehatan dan aspek penting kesehatan yang perlu diwaspadai, kita memiliki prosedur pencegahan masalah kesehatan, kita mempunyai prosedur penanganan masalah kesehatan,” tambahnya.
Halaqah Ulama ini dibuka secara langsung oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah Dr. K.H. Ahmad Darodji, M.Si. Selain dr Masyhudi, narasumber lain Dr. Abu Khoir, M.A, Dr. Hastaning Sakti, M. Kes.,. Kegiatan ini diikuti pengurus MUI Jawa Tengah, utusan MUI Kabupaten/Kota, Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi. (*)
The post Pesanten Perlu Waspadai Penyakit Gonore first appeared on Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah.